pembullyan yang dilakukan anak sekolah, salah siapa?

 perundungan atau pembullyan akhi-akhir ini kian marak, hampir sehari kita selalu menemukan berita mengenai perundungan atau pembullyan yang dilakukan oleh anak sekolah, dari SD hingga SMA. miris sekali memang, ketika sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman, tempat didikan mereka menjadi orang yang lebih baik dan terpelajar. tapi sayang, sekolah bukan lagi tempat yang nyaman dalam belajar. 

Menurut KP3A perundungan atau pembullyan merupakan suatu tindaka kekerasan dengan senagaja oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa kepada orang lain yang lebih lemah. perundungan atau pembullyan terbagi menjadi beberapa bentuk atau kategori yaitu verbal dan nonverbal, pembullyan verbai seperti ucapan atau ungkapan yang mencaci maki, contohnya : body shaming, mengolok-olok temannya, menyebut nama dengan binatang, menyebut nama orang tua dll. sedangkan pembullyan nonverbal seperti kekerasan melalui fisik contohnya : menendang, memukul dll. 

dilansir dari data asesmen nasional yang dilakukan oleh KEMDIKBUD pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 24,4 % peserta didik rentan mengalami pembullyan atau perundungan di sekolahnya. tentu angka ini bukan angka yang kita inginkan, karena pasti semua wali murid, masyarakat, guru, dan seluruh elemen yang bersangkutan dengan bidang pendidikan, menginginkan lingkungan pendidikan yang nyaman untuk anak muridnya, sehingga mereka bisa fokus belajar dan menggapai cita-citanya. 

yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa anak dibawah umur rentan menjadi pelaku pembullyan atau perundungan? apakah kita harus menyalahkan orang tuanya? gurunya? atau siapa yang salah? 

kasus pembullyan ini bukan waktunya untuk saling menyalahkan, peran orang tua, guru bahkan elemen masyarakat mempunyai peran yang sangat berpengaruh bagi anak-anak sekolah. banyak faktor kenapa anak sekolah bisa menjadi pelaku dari pembullyan atau perundungan. ada faktor internal dan faktor eksternal mengapa siswa menjadi pelaku pembullyan atau perundungan. 

dari beberpa hasil penilitan yang penulis baca, faktor internal penyebab siswa menjadi pelaku bullying antara lain : pengaruh negatif dari lingkungan rumah, masyarakat, media sosial, pergaulan bahkan, sekolah, sedangkan faktor internal antara lain : pola pengasuhan, emosi yang tidak stabil, perasaan merasa dirinya paling kuat menjadikan siswa seenaknya untuk berlaku semena-mena dengan orang yang lemah. 

apa yang dilakukan anak, tidak jauh apa yang dilihatnya, maka sebagai orang tua, peran pola pengasuhan harus sangat diperhatikan, jangan sampai emosi anak menjadi tidak stabil karena kurang kasih sayang. peran gurupun harus terlibat agar tidak terjadinya kasus pembullyan di sekolah, karena guru merupakan pengganti orang tua di sekolah. 

bullying atau perundungan bisa terjadi dimanapun oleh siapapun dan kapanpun. maka, tak perlu menyalahkan oleh siapapun, karena semuanya terlibat dengan perannya masing-masing, peran orangtua, peran guru, peran masyarakat. sangat penting untuk pertumbuhuhan anak-anak menjadi pribadi yang baik. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Kretek : Perempuan perokok hingga Trauma 65

Haid bukan hal yang tabu!