Sejarah Munculnya Ahlusunnah Waljama'ah

 Ahlusunnah waljama'ah terdiri dari 3 kata ahlun yang berarti golongan atau kelompok, asunnah berarti apa yang diucapkan, dilakukan, ditetapkan oleh rasulullah saw dan aljama'ah yang berarti berkumpul. jika diabungkan maka ahlusunnah waljama'ah berarti golongan orang-orang yang mengikuti perkataan, perbuatan, ketetapan rasulullah saw. 

lalu, bagaimana munculnya ahlusunnah waljama'a atau aswaja ini? mulanya ada aswaja ini dimulai dari pemerintahan ali khalifah ke-4 setelah rasulullah saw, kenapa bisa? ternayata setelah rasulullah saw meninggal dan kepemimpinan diambil alih oleh para sahabat rasul yang disebut khulafau rasyidin yaitu Abu bakar, Umar, Ustman dan Ali r.a, fitnah besar-besaran terjadi dan menimbulkan perpecahan. 

awal mula perpecahan ini dari mulai masa pemerintahan ustman bin affan r.a, disebabkan karena peraturan atau tindakan yang dilakukan oleh ustman membuat reaksi yang tidak menguntungkan bagi ustaman sendiri. lalu perasaan tidak senang dengan ustman r.a mengakibatkan pemberontakan secara besar-besaran di madinah, dan pemberontakan terebut  mengakibatkan ustman wafat.

setelah ustman r.a, ali bin abi thalib menjadi calon khalifah terkuat. tetapi untuk menjadikan ali sebagai khalifah banyak tantangan-tantangan dari pihak lain yang ingin menjadi khalifah pula, tantangan yang pertama dari  thalhah dan zubeir yang mendapat dukungan dari aisyah, lalu tantangan atau yang disebut dengan perang jamal ini berhasil ali patahkan pada peperangan yang terjadi di Irak pada tahun 656 M, perang jamal tersebut mengakibatkan zubeir dan thalhah mati terbunuh sedangkan aisyah dikirim kembali ke mekkah. 

tantangan yang kedua datang dari Mu'awiyah yang merupakan gubernur damaskus dan keluarga dekat ustman r.a, ia menuntut ali untuk menghukum pelaku pembunuhan kepada ustman, bahkan ia menuduh ali melakukan campur tangan terhadap pembunuhan yang terjadi kepada ustman. kemudia ali dengan muawiyah bertempur, pertempuran dua pihak ini disebut dengan perang shiffin, dalam pertempuran pihak muawiyah berada di titik kekalahan, lalu amr ibn al-a's yang terkenal sebagai orang licik berada di pihak muawiyah meminta perdamaian dengan mengangkatkan Al-Qur'an ke atas. 

qurra dan syi'ah yang berada dipihak ali untuk meminta tawaran itu, karena alipun berpegang teguh dengan ajaran dari rasulullah saw bahwa meletakkan kemanusiaan diatas segalanya, jadi ali sebenarnya tidak mau ada pertumpahan darah lagi. lalu kemudian ali menerima perdamaian dari pihak muawiyah dengan cara arbitrase, sebagai pengantara diangkatlah dua orang yaitu amr ibn al-'as dari pihak muawiyah dan abu musa al-asy'ari dari pihak ali. 

menurut sejarah dua pemuka ini sebelumnya ada pemufakatan untuk menjatuhkan muawiyah dan ali, lalu abu musa terlebih dahulu mengumumkan kepada orang ramai tentang keputusan menjatuhkan ali dan muawiyah sedangkan amr ibn al-'as mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan ali tetapi menolak penjatuhan muawiyah. kejadian ini menjadikan kerugian bagi ali dan keuntungan bagi muawiyah. dengan adanya arbitrase ini kedudukan muawiyah menjadi khalifah tidak resmi. 

sikap ali menyetujui arbitrase ini dengan keadaan terpaksa, kemudian pihak yang berada dipihak ali keluar karena menganggap ali melakukan perbuatan dosa mereka menganggap hal seperti itu tidak bisa diputuskan oleh arbitrase manusia, keputusan hanya datang dari allah swt, oleh karena itu, mereka meninggalkan barisan ali. lalu golongan mereka disebut dengan khawarij, yaitu orang-orang yang keluar atau memisahkan diri. 

Ali menghadapi dua musuh yaitu Muawiyah dan khawarij. Ali memusatkan perhatian dan seluruh kemampuannya untuk menerangi khawarij dan akhirnya khawarij kalah. Ali sudah lelah untuk melakuakan peperangan untuk melanjutkan memerangi Muawiyah. Muawiyahpun bertahan menduduki sebagai Khalifah. Ketika Ali wafat karena dibunuh oleh Ibnu Muljam yaitu seorang penghafal Al-quran, dengan wafatnya Ali, Ali dengan mudahnya mendapat pengakuan sebagai Khalifah umat Islam. 

Dari persoalan politik diatas muncullah beberapa aliran, khawarij yang terbagi beberapa sekte dengan mempersoalkan orang yang berbuat dosa besar yaitu aliran murji'ah dan mu'tazilah. 

Aliran khawarij mengatakan bahwa orang yang bebruat dosa dianggap kafir dan keluar dari Islam serta wajib untuk dibunuh. 

Aliran murji'ah mengatakan bahwa orang yang berdosa tetap dianggap seorang muslin bukan kafir. Dosa yang telah ia lakukan terserah kepada Allah SWT yang mengampuninya atau tidak. 

Aliran mu'tazilah yang tidak sependapat dengan aliran diatas. Orang yang melakukan dosa ia bukan muslim bukan pula kafir, orang yang seperti ini menempati kedudukan diantara keduanya. 

Dengan keadaan dan perbedaan tersebut muncullah aliran qodariyah dan jabariyah, qodariyah berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak dan kemerdekaan yang diperbuatnya, sedangkan jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kehendak dalam perbuatannya. Segala Perbuatan manusia adalah ketetapan dari Allah SWT. 

Dalam perkembangannya. Aliran-aliran tersebut mendapatkan respon dari aliran al-asy'ariyah yang dipelopori oleh abu hasan al-asy'ari. Yang tidak setuju dengan aliran mu'tazilah yang terlalu liberal-rasional. 

Lalu ada aliran al-maturidiyah yang didirikan oleh abu Mansur al-maturidi, aliran ini tidak seliberal mu'tazilah dan tidak setradisional asy'ariyah. 

Dengan demikian aliran asy'ariyah dan maturidiyah inilah disebut dengan ahlusunnah waljama'ah karena bentuk respon mereka yang tawasuth atau berada di pertengahan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Kretek : Perempuan perokok hingga Trauma 65

pembullyan yang dilakukan anak sekolah, salah siapa?

Haid bukan hal yang tabu!