setara tak selalu sama

akhir-akhir ini miskonsepsi tentang kesetaraan gender semakin luas, beragam perpsektif bahkan salah paham soal kesetaraan semakin menjamur. hal ini berakibat ketidakmauan seseorang belajar soal kesetaraan gender dan apa saja perjuangan-perjuangannya, tak dapat dipungkiri kebanyakan orang tidak mau untuk belajar soal kesetaraan gender yang 'katanya' berasal dari barat dan merusak citra islam. 

tulisan sebelumnya sudah saya bahas mengenai perbedaan gender dan sex. maka selanjutnya kita bahas mengenai apa substansi dari kata kesetaraan itu sendiri. kesetaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu sejajar atau sama tinggi, sama tingkatnya, sebanding, sepadan dan juga seimbang. untuk memahami kesetaraan tak cukup pemahaman dari KKBI saja, mari kita coba bahas kesetaraan gender menurut perspektif dari yang lain. 

menurut nurofiah kesetaraan gender merupakan sinonim dari keadilan, sehingga hal-hal yang tidak adil secara kemanusiaan itu perlu didobrak, karena manusia merupakan subjek penuh kehidupan di dunia, sehinga sama-sama wajib untuk mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan. 

sedangkan menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO women and men must enjoy equal opportunities, choices, capabilities, power and knowledge as equal citizens.  yang artinya laki-laki dan perempuan sama-sama menikmati kesempatan, pilihan, kemampuan, kekuasaan dan pengetahuan yang sama sebagai warga negara. 

menurut mansoer faqih dalam buku analisis gender dan transformasi sosial menguraikan bahwa terjadinya ketidakadilan gender itu berakar dari perbedaan antara laki-laki dan perempuan, secara kodrat memang tidak dapat berubah tapi itu hanya dibagian sex saja bukan gender, maka perbedaan ini bukan alasan untuk memiliki hak yang setara dan seimbang antar keduanya. 

contoh kecil perempuan memiliki pengalaman biologis yang berbeda dengan laki-laki, perempuan mengalami haid, melahirkan/hamil, dan nifas. jika pengalaman biologis perempuan tidak terpenuhi kebutuhannya seperti air bersih, akses untuk mendapatkan keksehatan reproduksi, dan akses lain sebagainya, ketika kita memenuhi kebutuhan itu, maka kita sudah memperjuangkan kesetaraan gender. 

contoh lainnya yang sering saya dengar di muka umum, bahkan laki-laki aktivis so kekiri-kirian dengan tidak sadarnya dia mengatakan "kalo laki-laki angkat galon berarti perempuan juga harus angkat galon dong katanya memperjuangkan kesetaraan" "perempuan juga harus bisa kuli" "perempuan juga harus bisa memperbaiki genteng sendiri dong" "perempuan kalo dapet haid lebay banget, katanya setara".

pernah dengar sindirian diatas? makna kesetraan gender bukan hanya sekedar mengangkat galon, perempuan jadi kuli dan lain sebagainya. kesetaraan bukan siapa yang paling kuat. dilansir dari diskusi yang diadakan oleh megdalen dan komnas perempuan, mengungkapkan disaat berbicara mengenai kesetaraan bukan berarti fisik laki-laki dan perempuan harus sama, tetapi yang diperjuangkan dan yang dituntut disini adalah hak untuk mendapat akses pendidikan, pekerjaan dan kesejahteraan hidup yang sama. 

justru adanya pergerakan perempuan itu menjadi kita lebih sadar bahwa untuk sama-sama berjuang itu harus ada kesalingan tak hanya sama -sama perempuan, tetapi juga laki-laki. budaya patriarki yang semakin berakar ini tak hanya menindas perempuan, tetapi juga laki-laki. hak kita sebagai manusia harus selalu patut kita perjuangkan, akan tetapi bukan berarti menomorduakan kewajiban sebagai manusia dan sebagai hamba. 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Kretek : Perempuan perokok hingga Trauma 65

pembullyan yang dilakukan anak sekolah, salah siapa?

Haid bukan hal yang tabu!